Terabaikannya Pesan Lagu Indonesia Raya

Oleh : Radinton Malau



Banyak pembangunan fisik (Fasilitas umum: Jalan, Rumah Sakit, Jembatan
dan lain-lain) yang telah berhasil dilakukan pemerintah kita namun banyak juga
perusakan yang berhasil dilakukan oleh tangan-tangan jahil manusia.

Hal ini disebabkan kerena banyak individu yang merasa bahwa pembanunan
fisik tersebut tidak berarti apa-apa baginya. Pandangan ini muncul disebabkan
karena kurangnya pengetahuan (knowledge) seseorang akan manfaat dari
pembangunan fisik.

Pesan Lagu Indonesia Raya

Seperti yang tertulis di dalam ayat-ayat lagu Indonesia Raya. Tepatnya
pada alinea ketiga yang berbunyi. "Hiduplah tanahku hiduplah neg'riku bangsaku
rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya."
Di dalam lagu Indonesia Raya tersebut, telah jelas tertulis apa yang menjadi
prioritas pertama yang harus dibangun oleh negara ini. Hal pertama yang harus
dibangun oleh Negara ini ialah jiwa dan raga yakni membangun jiwa dan raga
penduduk Indonesia.

Kita telah mengetahui bahwa para pejuang yang terdahulu mengerti dan
paham mana yang harus menjadi prioritas pertama yang harus dibangun di negara
ini. Prioritas pertama tersebut telah direncanakan guna untuk menciptakan
bangsa yang besar, jaya dan berkualitas. Sehingga pesan tersebut langsung
disampaikan di dalam lagu kebangsaan Negara Republik Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar penerus selanjutnya selalu mengingat apa yang harus dibangun
terlebih dahulu. Namun kita dapat melihat apa yang terjadi, pesan itu
sepertinya telah terabaikan sejak lama dan kurang disadari oleh pemerintahan
kita. Pemerintah hendaknya perlu meninjau ulang kembali pesan yang disampaikan
oleh lagu Indonesia Raya.

Bangsa ini seyogianya harus terlebih dahulu membangun manusia-manusianya,
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak, jujur, berbudi pekerti
dan berkualitas serta berdaya saing. Hendaknya pemerintah terlebih dahulu harus
membangun jiwa dan raga penduduknya sebab hal itu merupakan hakekat tujuan dari
pembangunan yang sebernarnya. Apalagi hal itu sangat relevan jika kita kaitkan
dengan amanat dari lagu Indonesia Raya. Pemerintah hendaknya jangan hanya sibuk
mengurusi pembangunan-pembangunan lain seperti:fisik, ekonomi, dan lain-lain.
Pemerintah sepertinya hanya sibuk mengurusi "kue pembangunan" yang itu-itu saja.

Dalam menciptakan Sumber Daya Manusia, saya tidak menomor satukan
kualitas manusianya, sebab manusia yang berkualitas namun tidak berakhlak,
jujur dan tidak berbudi pekerti itu sama halnya dengan melahirkan parasit di
tubuh sendiri atau melahirkan parasit-parasit di negara sendiri. Manusia yang
hanya memiliki kualitas namun tidak berakhlak, jujur dan berbudi itu hanya
melahirkan bibit-bibit pelaku korupsi baru di negara ini. Yakni manusia yang
hanya memikirkan "perut" sendiri dan selalu mengincar uang rakyat.

Kita terkadang sungguh ngiris melihat negara kita ini. Di mana jumlah
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas masih dibawah rata-rata dan jika pun
ada SDM yang berkualitas. Hanya sedikit yang memiliki akhlak dan berjiwa jujur,
selebihnya hanyalah parasit di negara sendiri. Maka tidak jarang kita melihat,
setiap ada proyek pembangunan baik fisik maupun pembangunan yang lainnya,
banyak kasus korupsi yang terjadi di dalamnya. Ini disebabkan banyaknya
tangan-tangan yang tidak berakhlak dan yang tidak jujur terjun berpartisipasi
baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam proyek pembangunan.
Parasit-parasit yang terjun di dalam biasanya hanya sibuk memikirkan cara untuk
mendapatkan "kue pembangunan". Berbagai cara biasanya akan dilakukan mulai dari
negosiasi hingga tingkat deal-deal politik guna untuk memproleh "kue
pembangunan" yang lezat tersebut. Akibatnya rakyat yang harus menanggung semua
derita dari tingkah laku para koruptor tersebut.

Tipisnya Kenaikan HDI

Pembangunan manusia atau human development yang dilakukan saat ini memang
sudah berjalan tetapi pembangunan manusia tersebut masih jauh dari harapan.
Jika kita memperbandingkan pembangunan fisik dan manusia, perbandingannya
sangat rentan sekali. Pembangunan manusia jauh tertinggal di bawah. Itu dapat
kita lihat dari Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di Indonesia yang hanya mencapai sebesar 0,734 pada tahun 2009.

Jika dibandingkan dengan tahun 2007 kenaikannya sangat berbanding tipis
yaitu 0,006 dari 0,728 . Di mana Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut
menempatkan Indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara yang disurvei oleh
United Nations Development Programme (UNDP). Sementara di? ASEAN, Indonesia
masuk urutan enam dari 10 negara Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara itu.
http://www.metrotvnews. com/

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan salah satu indikator yang trend digunakan untuk mengukur hasil
kinerja dari pembangunan manusia di suatu negara. Human Development Index (HDI)
melakukan pengukuran kinerja pembangunan manusia di setiap negara mulai dari
skala 0 (sebagai penunjuk tingkatan pembangunan manusia yang paling rendah)
hingga 1 (sebagai penunjuk pembangunan manusia yang paling tinggi).

Human Development Index (HDI) merupakan indeks gabungan dari tiga
indicator. Pertama, longevity sebagai ukuran harapan hidup. Kedua, pengetahuan
(knowledge) yang diukur dengan kombinasi melek huruf dewasa (berbobot tiga per
empat) dan gabungan dari rasio pendidikan tinggi primer, sekunder, tersier
bruto (berbobot sepertiga). Ketiga yaitu standar hidup layak (decent standard
of living) sebagaimana diukur oleh PDB riil per kapita dan dinyatakan dalam
PPP$. www.mudrajad.com/

Baru-baru ini kita juga mendengarkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
yang terhormat juga ingin merancang sebuah pembangunan fisik yaitu rumah
aspirasi. Sepertinya para pemerintahan kita telah tercekoki dengan orientasi
pembangunan yang ke arah pembangunan fisik semata. Pembangunan fisik sepertinya
telah menjadi prioritas pertama yang selalu muncul di pikiran pemerintah kita.

Jarang sekali kita melihat ada pemerintah yang mencanangkan human
development sebagai prioritas pertama untuk dimajukan. Meskipun ada tetapi hal
itu sangat minim jumlahnya dibandingakan dengan pembangunan fisik dan jika pun
ada hal itu biasanya sangat lambat dan susah untuk direalisasikan.

Pemerintah perlu memperhatikan lebih sungguh-sungguh dan intensif
terhadap peningkatan human development dan tidak hanya semata-mata
memperhatikan pembangunan fisik. Pemerintah hendaknya jangan memandang manusia
sebagai obyek tetapi pemerintah harus memandang manusia sebagai subyek/pelaku
yang akan menggerakkan laju pertumbuhan kearah masyarakat yang berkesejahteraan
sosial (sejahtera dalam pendidikan, kesehatan dan pendapatan).

Pemerintah harus memperhatikan rakyat kecil yang pendidikan, penghasilan
dan kesehatannya masih sangat memprihatinkan. Dengan adanya peningkatan yang
signifikan terhadap HDI maka hal ini dapat menjadi suatu gambaran pemerintah
yang pro terhadap rakyat kecil. Pemerintah semestinya jangan hanya terus
berkoak-koak pro rakyat kecil, pro rakyat kecil tetapi tidak ada wujud nyatanya
yang signifikan.***

Penulis adalah Mahasiswa Antropologi Fisip USU.

Dimuat di Harian Analisa
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=66127:terabaikannya-pesan-lagu-indonesia-raya&catid=78:umum&Itemid=131

Komentar